Oleh : Menur Adhiya & Mindy Paramita
12 Agustus 2022
Mempersiapkan pernikahan tampaknya menguras seluruh sumber daya, bahkan sampai harus melibatkan keluarga besar dan tetangga. Padahal, yang sebenarnya kita persiapkan hanyalah upacaranya. Resepsinya. Bukan rencana hidup berumah tangga kita dan pasangan.
Sayangnya, perencanaan keluarga semacam ini sering terlewatkan. Padahal, menikah itu jangka panjang, bukan pesta semalam. Menikah itu membangun keluarga, untuk bertumbuh bersama pasangan dan mendidik generasi. Jadi, persiapannya pun menyangkut semua aspek, baik fisik, mental, spiritual, maupun finansial.
Modal cinta saja? Mungkin bisa, tapi tidak cukup.
Ketidaksiapan kita dan calon pasangan bisa berujung pada masalah rumah tangga, seperti komunikasi tak lancar, depresi, masalah pengasuhan, keterbatasan ekonomi, perselingkuhan, KDRT (kekerasan dalam rumah tangga), hingga perceraian. Imbasnya tak hanya pada suami dan istri saja, namun juga bisa kepada anak. Anak berpotensi mengalami trauma masa kecil yang terbawa hingga dewasa, karena dibesarkan oleh orang tua yang tak siap jadi orang tua. Ini belum termasuk masalah kesehatan dan tumbuh kembang.
Pernikahan tak semata masalah menghasilkan keturunan yang sehat, namun juga pernikahan dan keluarga yang sehat. Tentu semuanya berasal dari pasangan yang harmonis. Meskipun sudah mengenal luar dalam saat pacaran, belum berarti pernikahan bisa berjalan mulus sesuai bayangan. Perbedaan kebiasaan, pola pikir, prinsip, hingga kurang mampunya berkomunikasi bisa menyebabkan masalah rumah tangga.
Karena itu, kamu perlu mempersiapkan pernikahan dengan baik. Berikut adalah 10 hal yang perlu kamu siapkan sebelum
1. Siap secara usia
Ya, usia menjadi salah satu tolok ukur seseorang siap untuk menikah. Walau undang-undang memperbolehkan menikah minimal usia 19 tahun, tapi dilihat dari aspek psikis, fisik, dan mental, BKKBN merekomendasikan usia ideal untuk menikah bagi lelaki adalah 25 tahun dan 21 tahun untuk perempuan.
2. Siap secara fisik
Ketika kita memutuskan untuk berumah tangga, tentunya kamu tak lagi hanya perlu menjaga kesehatan diri, namun juga pasangan, termasuk dalam aspek seksual. Karenanya, penting untukmu melakukan cek kesehatan pranikah untuk mencegah risiko kesehatan secara umum maupun kesehatan reproduksi.
3. Siap secara finansial
Menikah membuka pintu rezeki. Benar, tapi ada syaratnya: asal diusahakan. Secara logika, bertambah anggota keluarga bertambah pula pengeluaran. Artinya, kamu dan pasanganmu harus memiliki perencanaan matang akan seperti apa keuangan kalian saat menikah nanti.
4. Siap secara mental
Menikah itu enggak selamanya mulus dan indah-indah saja, dalam perjalanannya akan banyak rintangan menerpa. Mulai dari yang paling "sepele" seperti perbedaan kebiasaan dengan pasangan, hingga yang "serius" seperti biaya pengobatan jika mengalami sakit serius. Bukan hanya sekali, tapi berulang kali. Ini pentingnya kamu punya kesiapan mental untuk menghadapi segala kesulitan dan tantangan dalam rumah tangga nantinya.
5. Siap secara emosi
Kamu gampang naik pitam? Mulailah belajar mengenali dan mengelola emosi sebelum menikah. Siap secara emosi sebelum menikah juga dapat dilatih dengan cara mencermati emosi pasangan saat ia marah, sedih, atau kecewa dan memilih respon yang tepat. Jika kamu tak tahu harus mulai dari mana, ikuti kelas Berdamai dengan Diri bersama Alzena Masykouri, M.Psi, Psikolog di www.demikita.id.
6. Siap secara sosial
Menikah bukan cuma menggabungan dua kepala, tapi juga dua keluarga besar. Tak hanya itu, kamu pun akan masuk dalam lingkungan sosial yang baru, misal rekan kerja pasangan, teman-teman dekat pasangan, lingkungan komunitas yang dijalankannya, juga lingkungan tempat tinggal kalian nantinya.
7. Siap secara moral
Apapun agama yang dianut, memiliki kesamaan visi dalam membangun keluarga sangat penting, termasuk di dalamnya cara mengajarkan moral pada anak (hingga cucu) nantinya. Kesepakatan visi misi antara kamu dan pasangan akan menentukan seperti apa kualitas moral keturunan kalian nantinya. Karenanya, membuat nilai keluarga sejak sebelum menikah adalah awal yang baik untuk mengurangi kemungkinan perselisihan yang prinsip.
8. Siap secara intelektual
Tak hanya di sekolah, menikah pun memerlukan intelektualitas. Karena ilmu berumah tangga tak dipelajari di sekolah, akan ada masa ketika kamu membutuhkan ilmu untuk mengetahui pasanganmu, mengasuh anak, menghadapi mertua, mengelola keuangan, dan sebagainya. Kamu harus mau terus belajar dan mengasah intelektualitasmu. Memang tak ada sertifikat dan ijazah, namun ilmu berumah tangga ini akan menentukan kebahagianmu dan keluargamu.
Jadi, sudah siap?
Referensi:
www.skata.info