Oleh : Menur Adhiya
16 Januari 2019
Saat awal menjadi orang tua, kamu mungkin tahu kalau caramu mengasuh anak akan berpengaruh pada pribadinya nanti. Namun, tak banyak yang tahu bahwa pola asuh umumnya dipengaruhi oleh pengalaman seseorang semasa kecil. Tak jarang, kamu ingin menjadi orang tua demokratis, tapi ternyata hobi ngatur-ngaturnya muncul otomatis. Bisa jadi, itu yang kamu pelajari dari orang tuamu dahulu. Dampaknya pada anak tentu saja sangat besar. Untuk itu, kamu perlu tahu jeni pola asuh -yang secara sadar atau tidak- kamu terapkan.
Apa cirinya?
1. Suka menuntut
2. Tidak responsif
3. Mengharapkan anak patuh dan taat
4. Menghukum anak saat tidak patuh
5. Tidak memberikan alasan, yang penting “pokoknya”
6. Lebih menghargai prestasi, disiplin, perintah, dan kontrol pribadi
Apa dampaknya?
Anak menjadi pasif karena semua keputusan ditentukan orang tua
Anak tidak memiliki kendali terhadap diri sendiri karena semua diatur dan diarahkan orang tua
Apa cirinya?
1. Tidak menuntut
2. Responsif
3. Mengabulkan semua permintaan anak
4. Enggan menerapkan aturan dan harapan pada anak
5. Enggan berkata “tidak” dan menerapkan konsekuensi terhadap yang sudah disepakati
6. Berpikir anak tidak bisa salah
Apa dampaknya?
Anak menunjukkan perilaku membangkang karena orang tua tak memberi arahan dan aturan yang jelas
Anak sulit mengantisipasi, mudah curiga, dan tidak percaya dengan lingkungan karena tidak adanya konsistensi aturan dari orang tua.
Apa cirinya?
1. Responsif
2. Menerapkan standar, harapan, dan batas yang tinggi beserta konsekuensinya
3. Hangat dan responsive terhadap emosi anak
4. Memberi anak kebebasan berekspresi, memilih, dan mengalami kegagalan
Apa manfaatnya?
Anak kooperatif karena orang tua menerapkan aturan yang konsisten
Anak mampu mengantisipasi konsekuensi dan mengarahkan perilakunya
Anak tampil percaya diri karena yakin perilakunya tepat sesuai dengan penerapan aturan yang konsisten
Ketiga gaya pengasuhan di atas adalah teori klasik Diana Baumrind. Dalam perkembangannya, para ahli sepakat untuk menambahkan satu pola asuh lagi yaitu pola asuh abai atau pembiaran.
Apa cirinya?
1. Sering meninggalkan anaknya sehingga anak harus mengurus dirinya sendiri
2. Orang tua lebih nyaman beraktivitas tanpa anak
3. Tidak kenal dan tidak peduli dengan lingkungan yang ada di sekitar anak (teman, guru, dsb).
4. Menjadikan pekerjaan/kesibukan sebagai alasan ketidakterlibatan sebagai orang tua.
Dampaknya, anak akan terluka secara emosi dan fisik.
Gaya pengasuhan bisa dikenali dari cara komunikasi orang tua dan anak, penerapan aturan di dalam rumah, dan peran orang tua dalam pembagian tanggung jawab di dalam rumah.
Jika dilihat, pola asuh otoritatif adalah yang paling ideal. Tapi, jangan sedih dulu kalau ternyata kamu juga pernah melakukan apa yang menjadi ciri pola asuh jenis lainnya. Kabar baiknya, tak semua orang tua hanya menjalani satu pola asuh. Ada yang otoritatif di satu waktu, lalu menjadi permisif di waktu lainnya, tergantung situasi yang dihadapi keluarga. Ini hal yang wajar.
Meskipun demikian, kita tetap harus mengusahakan menjadi orang tua yang menerapkan pola asuh yang baik. Kuncinya, pintar-pintarlah menempatkan pola asuh yang tepat dengan tetap mengedepankan kebutuhan anak.
Referensi: Buklet 1001 Cara Bicara Orang Tua dengan Remaja
Photo created by tirachardz - www.freepik.com